Resna Cooking Story: August 2017

Wednesday, August 23, 2017

Resep dan Cara Membuat Buras dan Leupeut Isi Oncom : Makanan Pelengkap Aneka Gorengan

Oleh : Resna Nata

     Melanjutkan cerita tentang penjual aneka gorengan kaki lima yang biasanya mangkal dengan gerobaknya.  Saya ingin melanjutkan cerita dengan jenis makanan lain yang biasanya melengkapi dagangannya.  Pada penjual aneka gorengan kaki lima di Jawa Barat, selain tersedia aneka gorengan juga biasanya dilengkapi makanan berbahan beras seperti buras atau leupeut.

     Buras adalah makanan berbahan dasar beras dan kelapa muda parut yang dibungkus daun pisang.  Buras dibuat dengan cara dikukus.  Rasanya asin dan gurih.  Sedangkan leupeut adalah makanan berbahan dasar beras yang dibungkus daun pisang, leupeut biasanya dibuat dengan menggunakan isian (meski ada juga yang dibuat polos tanpa isi), isian leupeut bisa berupa cincang daging maupun cincang sayuran.  Namun yang paling khas Jawa Barat tentu saja leupeut isi oncom, dan biasanya isian oncom ini memiliki rasa yang cukup pedas.

     Di daerah lain, leupeut dikenal dengan sebutan arem - arem atau lontong.  Proses pemasakan terakhirnya  bisa direbus atau dikukus.  Kali ini saya menyajikan leupeut dengan cara dikukus.

     Karena sebelumnya saya belum pernah membuat buras dan leupeut, maka yang pertama saya lakukan sebebelumnya adalah 'survey' (hehe...) mencoba mencari tahu takaran yang presisi untuk pembuatannya.  Yang terutama ingin saya ketahui adalah perbandingan beras dan air yang pas.  Tapi ternyata saya tidak mendapatkan perbandingan yang beanr - benar presisi karena penjual gorengan tidak menggunakan gelas ukur dalam pembuatan buras dan leupeutnya.

     Sewaktu saya bertanya pada seorang penjual gorengan tentang perbandingan  beras dengan takaran air untuk membuat leupeut atau buras, ibu ini memberikan jawaban untuk satu kilogram beras diperlukan enam 'siwur' air.  'Siwur' adalah sebutan untuk gayung bergagang panjang.  Zaman dulu 'siwur' biasa dibuat dengan batok kelapa, tapi sekarang tentu saja berbahan plastik.  Siwur sekarang berukuran standar, ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil.  Maka ketika saya pergi ke toko penjual peralatan rumah tangga, saya membeli 'siwur' ukuran kecil untuk mengukur berapa volume air yang tertampung di dalamnya.  Ternyata isi siwur kecil adalah 500 mililiter.

     Karena saya memperkirakan leupeut untuk jualan menggunakan beras jenis IR-64 yang cenderung keras (membutuhkan lebih banyak air untuk menjadi empuk), sedangkan stok beras yang ada di rumah adalah jenis yang disebut penjualnya dengan sebutan 'beras singaparna' (varietasnya apa, saya kurang tahu, tapi katanya yang jelas bukan IR-64) yang 'hemat air' maka saya mengurangi sedikit volume air dalam pembuatan beras.  Maka dengan dasar perkiraan itu, akhirnya saya bisa juga membuat buras dan leupeut  (hadeuh baru nyadar...ceritanya kok muter - muter dulu ya...).

     Dan inilah resep dan cara membuat buras dan leupeut berdasarkan hasil 'survey' yang saya lakukan (hehe...):

1.  Resep dan Cara Membuat Leupeut Isi Oncom 

Bahan Adonan Leupeut :
250 gram beras kualitas bagus
garam
gula (sebagai pengganti bumbu penyedap)
1/4 sendok teh kapur sirih
675 ml air

Daun pisang untuk membungkus
Semat dari lidi yang dipotong serong


Bahan Isian Oncom :
75 gram oncom
3 butir bawang merah
1 siung bawang putih
2 cm kencur
cabai rawit sesuai selera
1 batang serai dipotong serong 4 bagian
garam
gula
1/2 cangkir air

Cara Membuat :

Membuat Isian Oncom :
1.  Remas - remas oncom hingga terurai (jangan terlalu ditekan)
2.  Haluskan bawang merah, bawang putih, kencur, cabai rawit, garam dan gula.
3.  Panaskan minyak, tumis bumbu halus sampai harum, masukkan serai, oncom dan air.  Masak sampai airnya terserap habis.

Membuat Adonan Leupeut :
1.  Masak semua bahan adonan leupeut bersama sama hingga airnya terserap habis.  Angkat, aduk - aduk hingga adonan leupeut dingin.
2.  Ambil potongan daun pisang, letakkan sesendok adonan leupeut, isi dengan isian oncom, gulung kembali hingga isian oncom tertutupi adonan leupeut.  Lipat daun pisang sedemikian rupa dan semat kedua sisi dengan lidi.
3.  Kukus hingga matang (cek kematangan setelah 45 menit).

2.  Resep dan Cara Membuat Buras

Bahan :
250 gram beras kualitas bagus
1/4 butir kelapa muda parut
1/4 sendok makan garam
1 batang serai, potong serong 4 bagian
1 lembar daun salam, potong 2
675 ml air
Daun pisang untuk membungkus

Cara Membuat :
1.  Masukkan beras, kelapa muda parut, garam, serai, salam dan air.  Aroni sampai airnya terserap semua.  Angkat, aduk - aduk sampai dingin.
2.  Bungkus dengan melipat kedua ujungnya.  Kukus hingga matang (cek kematangan setelah 45 menit).

     Di daerah pedesaan sekarang penjual gorengan lengkap dengan leupeut atau burasnya biasanya berjualan di pagi hari.  Orang - orang menjadikannya sebagai menu sarapan sebelum memulai aktivitas sehari - hari.  Jika berkunjung ke kampung halaman suami di daerah Cisaga Ciamis, kami sekeluarga kadang menikmati sarapan pagi sambil duduk - duduk di warung penjual gorengan dan leupeut.  Dengan nongkrong di sana kami juga bisa bertemu dengan beberapa saudara yang kebetulan sama - sama membeli sarapan di tempat yang sama, mungkin ibu - ibu yang membeli untk keluarga di rumah atau bapak - bapak yang mampir sebelum beraktivitas di kebun atau di sawah.  Di warung penjual gorengan, kami bisa sarapan sekaligus berinteraksi dengan famili yang kebetulan mampir dan mungkin tidak sempat kami kunjungi satu persatu.

Jika leupeut atau buras biasanya dimakan bersama dengan gorengan, maka di Jawa Barat juga dikenal lontong yang biasanya menjadi pengganti nasi dalam makanan berkuah (atau sayur).  Lontong biasanya dibuat dengan tekstur yang lebih padat dan dibuat tanpa isian, dikemas dengan daun pisang dengan bentuk seperti leupeut namun biasanya dalam ukuran yang lebih besar.  

Tuesday, August 22, 2017

Jajanan Kaki Lima Aneka Gorengan : Resep dan Cara Membuat Bala - Bala (Bakwan Sayur), Gehu (Tahu Isi Toge), Cipe (Gorengan Tempe) dan Pisang (Pisang Goreng)

Oleh : Resna Nata

     Di daerah Priangan Timur seperti Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Garut, banyak dijumpai gerobak dorong kaki lima yang menjual aneka gorengan.  Saya rasa di tempat lain juga banyak pedagang kaki lima yang menjual aneka gorengan semacam ini.

     Yang membuat saya ingin menampilkan aneka gorengan tersebut di blog ini, alasannya sederhana, kendati gorengan ini bukan makanan yang asing dijumpai di banyak tempat se Indonesia tapi makanan ini memiliki nama khusus di tanah Sunda, seperti sebutan gala - bala untuk bakwan sayur, gehu yang merupakan akronim dari toge - tahu untuk menyebut gorengan tahu isi tumis toge (beberapa waktu lalu nge-hits tumisan isiannya dibuat ekstra pedas), cipe yang merupakan akronim dari aci (tepung) - tempe untuk menyebut tempe goreng tepung.  Dan yang paling unik adalah sebutan pisang untuk menyebut hasil gorengan pisang berbalut tepung.

     Saya tidak tahu pasti di daerah Jawa Barat mana saja yang menggunakan istilah pisang untuk gorengan manis dengan sebutan pisang.   Seperti pisang cau dan pisang peuyeum untuk gorengan pisang dan tape yang berbalut tepung.

     Yang membuat saya percaya diri memposting resep dan cara membuat aneka gorengan kali ini adalah karena saya punya sedikit 'rahasia' tentang pembuatan aneka gorengan langsung dari tukang gorengan (ehem...).  Memang belum semua 'rahasia' terungkap (hehe...) tapi setidaknya saya sudah mengalami satu langkah kemajuan dalam pembuatan gorengan (halah...lebay...).

     Ceritanya, waktu itu saya sedang belanja di kios yang menjual telur dan aneka sembako langganan saya.  Kios tersebut juga menjual berbagai sembako lain diantaranya aneka tepung terigu.  Saya mendengar seorang ibu memesan 'Simpul' sebanyak dua kilogram.  Saya menanyakan pada ibu tersebut apakah yang dimaksud dengan simpul yang dibelinya.  Dia bilang simpul adalah jenis terigu yang biasa digunakan untuk gorengan.  Dan ibu tersebut sudah beberapa tahun berjualan gorengan menggunakan 'Simpul'

     Pulang ke rumah saya browsing tentang terigu 'Simpul' ini.  Ternyata 'Simpul' adalah merk terigu dari sebuah perusahaan terkenal, yang memiliki merk - merk terigu jenis lain yang sudah dikenal luas selama ini.  'Simpul' adalah merk terigu dengan kadar lebih rendah dibanding kadar protein terigu - terigu jenis lain dari perusahaan yang sama.  Merk/jenis terigu jenis lain dijual secara meluas hingga pasar modern yang ada di mall.  Meski berasal dari perusahaan yang sama, 'Simpul' tidak pernah saya temukan di toko swalayan modern.

     Setelah saya coba ternyata 'Simpul' ketika dibuat gorengan menghasilkan gorengan yang lebih renyah bahkan jika digoreng dengan api kecil sekalipun.

     Dan kelebihan yang lain dari terigu 'Simpul' ini adalah harganya yang jauh lebih murah dibanding merk atau jenis terigu lain dari perusahaan yang sama.

     Jadi itulah, satu rahasia baru yang saya dapat (hehe...) meski tentu saja masih ada rahasia atau tips dan trik dari penjual gorengan yang belum saya ketahui.

1.  Resep dan Cara Membuat Bala - bala

     Bala - bala atau bakwan sayur adalah jenis gorengan yang selalu ada di setiap penjual gorengan.  Sebenarnya jika kita menyajikan bala - bala atau bakwan sayur di rumah, kita bisa menggunakan sayuran yang lebih beragam seperti tauge, sawi putih dan lain -lain.  Tapi karena yang paling umum digunakan oleh tukang gorengan adalah kol dan wortel, jadi kali ini saya juga hanya menggunakan kedua jenis sayuran tersebut.

Bahan :
150 gram kol
100 gram wortel
50 gram bawang daun
garam
gula pasir (sebagai pengganti penyedap)
1/4 sendok teh merica bubuk
300 gram tepung terigu 'Simpul'
300 ml air (jika kurang lembek, tambahkan lagi airnya)

Cara membuat :
1.  Kol diiris tipis, wortel diiris tipis memanjang, bawang daun diiris tipis.
2.  Masukkan garam, gula pasir, merica bubuk, terigu dan air. Aduk rata.
3.  Goreng dalam minyak panas, gorengan harus terendam minyak, hingga kecoklatan.
4.  Angkat dan sajikan.

2.  Resep dan Cara Membuat Gehu

      Gehu atau gorengan tahu dengan isian tumis toge adalah jenis gorengan lain yang pasti selalu ada di setiap penjual gorengan.  Sayangnya saya belum menemukan jenis tahu yang pas untuk gehu, yakni tahu yang bisa digoreng hingga kering (menyisakan sesedikit mungkin kadar air pada tahu).  Tapi asalkan dimakan selagi hangat, gehu yang saya buat juga cukup renyah.

     Gehu yang saya buat kali ini menggunakan isian yang tidak pedas.  Jika menginginkan gehu pedas bisa ditambahkan cabai rawit merah dalam ulekan bawang putih.  Jika ingin variasi yang lain bisa juga disisipkan bumbu pecel bersebelahan dengan tumis tauge.

Bahan :
15 buah tahu ukuran 5 x 5 x 1 cm goreng kering

Bahan Isian :
100 gram toge
2 siung bawang putih, haluskan (atau cincang halus)
1/4 sendok teh merica bubuk
1 batang bawang daun iris 1/2 cm
garam
gula pasir (sebagai pengganti bumbu penyedap)
sedikit air

Bahan Pencelup :
1 gelas tepung terigu 'Simpul'
1 gelas air
garam
gula pasir (sebagai pengganti bumbu penyedap)

Cara Membuat
1.  Siapkan tumis isian, panaskan minyak, masukkan bawang putih halus, masukkan toge, sedikit air, irisan bawang daun, merica, garam dan gula.  Aduk - aduk sampai setengah matang.
2.  Siapkan bahan pencelup, campur tepung terigu, garam, gula dan air, aduk sampai menyatu.
3.  Belah satu sisi tahu, masukkan tumisan isian.  Lakukan sampai semua bahan habil.
4.  Celup tahu isi tumis toge ke dalam bahan pencelup.  Goreng dalam minyak panas hingga terendam seluruhnya sampai matang.

3.  Resep dan Cara Membuat Cipe

     Cipe atau gorengan tempe berbalut tepung.  Mirip mendoan di Jawa Tengah.  Bedanya ada pada jenis rempah - rempah yang digunakan (mendoan menggunakan jenis bumbu aromatik lebih banyak), perbandingan tempe dan tepung yang digunakan (pada cipe, tempenya hanya sedikit)  serta tingkat kekeringan gorengan yang dihasilkan (cipe lebih kering dari mendoan).

Bahan : 
1 potong tempe, iris tipis (kurang lebih 15 buah)
1 batang daun bawang, potong -  potong 1/2 cm 
2 gelas tepung terigu 'Simpul'
2 gelas air

Bumbu Halus :
2 butir bawang merah
4 siung bawang putih
1/2 sendok teh ketumbar
garam
gula pasir (sebagai pengganti bumbu penyedap)

Cara Membuat :
1.  Campurkan bumbu halus, daun bawang, tepung terigu 'Simpul' dan air hingga menyatu.
2.  Siapkan minyak panas, celup tempe ke dalam adonan tepung, gorengan harus terendam minyak.
3.  Goreng hingga tingkat kematangan yang diinginkan, angkat, tiriskan dan sajikan.


4.  Resep dan Cara Membuat Pisang Goreng
 

   Selain gorengan bercitarasa asin, ada juga gorengan yang bercitarasa manis.  Gorengan bercitarasa manis yang saya sajikan dalam posting kali ini adalah pisang goreng.  Jenis pisang yang umum digunakan oleh penjual gorengan adalah pisang nangka dan (terutama) pisang kapas.  Pisang nagka memiliki aroma lebih wangi, namun pisang kapas dengan dengan kematangan yang pas memiliki rasa lebih manis dibanding pisang nangka yang biasanya memiliki sedikit rasa asam.

Bahan :
4 buah pisang nangka matang potong serong 3 sampai 5 bagian
100 gram tepung terigu 'Simpul'
1 sendok makan gula pasir
1 sendok makan margarin
100 ml air panas

Cara Membuat :
1.  Campurkan tepung terigu 'Simpul', gula pasir, margarin dan air panas, aduk sampai menyatu.
2.  Panaskan minyak, celup pisang dalam adonan tepung, goreng hingga terendam minyak sampai matang.
3.  Angkat, tiriskan dan sajikan.

     Untuk kali ini saya hanya hanya menampilkan empat jenis gorengan yang umumnya ada di tukang gorengan kaki lima.  Sebenarnya masih ada jenis gorengan lain yang juga biasa dijual di kali lima seperti pisang molen, cireng, rarawuan, comro dan rollade daun singkong.  Selain itu biasanya juga disediakan makanan pendamping gorengan seperti buras atau leupeut.   Saya akan menuliskan dalam posting lain waktu.

Untuk melengkapi jualan aneka gorengan, biasanya di penjual gorengan juga disediakan makanan pengganti nasi yang sama sama berbahan beras seperti leupeut atau buras.

Sunday, August 20, 2017

Resep Dan Cara Membuat Seblak : Makanan Kekinian Di Jawa Barat

Oleh : Resna Nata

     Sebelumnya tidak terlalu tertarik mencoba makanan bernama Seblak ini.  Saya tidak terlalu tertarik mengetahui rasanya, karena sejak awal yang saya tahu makanan ini tak lebih dari masakan kerupuk (mentah) yang direbus menggunakan bumbu tertentu.

     Dari penamaannya terlihat asal muasal makanan ini.  'Seblak' adalah kata dasar dari 'Nyeblak' yang artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih 'Terhenyak'.  Ini adalah bahasa Sunda.  Mungkin penamaan seblak dikarenakan makanan ini identik dengan rasa pedas yang luar biasa.  Jadi pedasnya benar - benar membuat terhenyak.

     Saya rasa makanan ini adalah makanan kreasi baru, karena waktu saya masih kecil tak pernah mendengar nama makanan seperti ini.

     Lama - lama rasanya kok 'kurang' jika blog yang isinya mencoba mengeksplorasi berbagai hal yang ada di Jawa Barat tidak memunculkan makanan yang masih 'ngehits' di tanah Pasundan ini.

     Untuk referensi, akhirnya saya memulai dengan mencicipi rasa seblak yang mangkal di dekat sebuah sekolah dasar di Kota Tasikmalaya.  Hadeuh, semangkuk seblak yang saya dapat isinya terdiri dari kerupuk mentah rebus, makaroni jenis elbow, ceker ayam dan mie (yang saya yakin berasal dari mie instan ini), bumbunya yang terasa dominan adalah bumbu mie instan rasa kaldu ayam (mungkin bumbu ini didapat dari mie yang digunakan dalam seblak tersebut.  Rasa bawang putih dan kencur terasa meski tipis - tipis.

     Eksplorasi rasa seblak selanjutnya saya dapat di Kota Banjar, ada pedagang seblak kaki lima yang mangkal di dekat sebuah toko swalayan terkenal di Kota Banjar.  Karena pedagang ini juga menawarkan isi seblak yang berbeda dari seblak mainstream (hehe...) yakni seblak cimol dan seblak cilok, dan kebetulan yang 'ready' pada saat saya mampir ke sana adalah seblak cimol, saya pilih seblak cimol dengan tambahan telur kocok.  Rasanya setelah dicicipi lebih baik dari seblak pertama yang saya cicipi dan saya ceritakan sebelumnya.

     Terakhir, saya mencicipi seblak di sebuah foodcourt yang ada di sebuah toko swalayan di kabupaten Garut.  yang membuat saya suka, foodcourt ini tempatnya cukup nyaman dan harga seblaknya dibanderol dengan harga kaki lima.  Saya datang ke tempat ini kebetulan di sore hari, seblak yang nampaknya cukup laris menjadi pilihan konsumen yang mampir di tempat ini, waktu itu hanya menyisakan kerupuk dan ceker.

     Ketiga seblak tidak memiliki rasa yang identik sama, kesamanaan hanya ada pada adanya aroma kencur dan bawang putih serta rasa yang pedas.
     
     Setelah mengambil tiga 'random sampling' (hehe...) akhirnya saya mencoba membuat seblak sendiri di rumah.  Karena anak saya merengek ingin ikut mencoba, maka saya membuat seblak dalam dua versi yakni Seblak Pedas dan Seblak Tidak Pedas (yang sekaligus juga tanpa penyedap).

     Dan inilah resep dan Cara Membuat Seblak ala Resna (resep ini untuk 3 porsi) :

Bahan :
200 gram kerupuk bawang, rendam air dingin sebentar
100 gram makaroni spiral, rebus sampai matang
9 buah kaki ayam, dimarinasi dengan 1 sendok teh garam dan 1 sendok teh gula pasir, kukus sampai matang
3 batang bawang daun, iris 1 cm

Bumbu Halus :
9 siung bawang putih, kupas
3 cm kencur
daun jeruk, buang tulang daun
cabai rawit merah secukupnya (jika tidak ingin pedas bisa ditiadakan)
garam
gula

Cara Membuat :
1.  Panaskan minyak, tumis bumbu halus.  Masukkan setengah cangkir air.  
2.  Masukkan kerupuk, masak hingga hampir matang, masukkan makaroni, ceker dan irisan daun bawang.
3.  Cicipi dan sempurnakan rasanya.  
4.  Masak sampai matang, angkat dan sajikan.

Beristirahat Sejenak Di Obyek Wisata Budaya Ciung Wanara Karang Kamulyan Kabupaten Ciamis

Oleh : Resna Nata
     Kabupaten Ciamis termasuk wilayah yang beruntung karena dilalui jalur utama lalu lintas antar kota bahkan antar propinsi.  Dan di jalur ini ada beberapa tempat melabeli diri dengan nama 'rest area', baik yang dikelola swasta maupun Pemerintah.

     Salah satu tempat yang dijadikan rest area dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Ciamis adalah Objek Wisata Budaya Ciung Wanara yang berlokasi di Desa Karang Kamulyan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.  Labelnya memang bukan sekedar rest area melainkan objek wisata budaya.

     Objek wisata Ciung Wanara ini memiliki multifungsi, selain menjadi rest area juga berfungsi sebagai hutan kota dan tentu saja objek wisata budaya.

     Letak rest area adalah di bagian depan (halaman).  Dari luar pagar sebelum masuk sudah banyak terdapat kios kios yang menyediakan beragam makanan.  Di dalam rest area juga banyak terdapat kios dan gerobak penyedia beragam makanan.  Yang menjadi menu khas rest area ini adalah aneka pepes seperti ayam dan berbagai jenis ikan, disajikan lengkap dengan nasi timbel dan sambal lalap.  Sedangkan untuk pelepas dahaga tersedia kelapa muda dan aneka minuman kemasan.

     Di tempat istirahat ini selain terdapat area parkir yang cukup luas juga terdapat tiolet dan mesjid.   Memasuki bagian rest area ini kita tidak dikenai biaya.  Namun jika ingin memanfaatkan fasilitas lain yang ada di tempat ini yakni berwisata mengenal peninggalan sejarah dan budaya, kita harus melewati pintu masuk dan membayar tiket tanda masuk.  Di dalam area wisata kita akan melihat beberapa peninggalan bersejarah seperti sisa sisa jalan kuno peninggalan zaman zaman kerajaan dulu.  Atau susunan bebatuan yang erat kaitannya dengan legenda Ciung Wanara.

     Yang membuat kurang nyaman di sini adalah keberadaan monyet monyet yang 'berani' mendekati pengunjung.  Keberanian satwa ini tercetus katanya karena kebiasaan pengunjung memberikan makanan pada satwa - satwa ini.

     Sebelum memasuki objek wisata ini sebaiknya kita juga membekali diri dengan mengoleskan lotion anti nyamuk, karena di tengah rimbun pepohonan yang besar - besar terdapat nyamuk beterbangan.  Di sini banyak terdapat pohon - pohon yang mulai jarang di jumpai.  Pohon - pohon yang jarang ditanam (karena komersialisasi lahan, kebanyakan masyarakat hanya mengisi lahan dengan pohon - pohon yang laku dijual untuk keperluan industri).

     Objek wisata ini bisa dimanfaatkan untuk mempelajari beberapa hal sekaligus, selain peninggalan bersejarahnya yang bisa menggugah kita untuk mempelajari rangkaian cerita sejarah masa lalu.juga sekaligus mengenal beragam pepohonan yang mungkin sudah mulai langka.  Pohon - pohon ini dilabeli sesuai namanya.

     Jika tidak ingin menjelajahi area objek wisata secara keseluruhan dan hanya ingin memanfaatkan rest areanya saja (bagian depan) kita bisa menikmati istirahat sejenak dalam suasana yang sejuk di bawah kerimbunan pohon - pohonan di halaman depan secara gratis (namun tentu saja mengeluarkan uang untuk membeli aneka makanan yang tersedia di tempat ini hehe...).

     Makanan yang tersedia di tempat ini (sayangnya) tidak terlalu banyak variasinya bahkan nyaris sama di tiap kios yakni aneka pepes.  Saya tidak tahu penyebab penjual makanan di tempat ini tidak menyediakan makanan yang lebih variatif.  Mungkin karena permintaan untuk jenis makanan lain kurang atau jangan - jangan karena pedagang disini belum memaksimalkan kreatifitasnya.  Padahal dengan posisinya yang strategis, terletak di pinggir jalan nasional yang dilalui lalu lintas antar kota antar propinsi, potensi untuk dikembangkan (menjadi juga) sebagai tempat berwisata kuliner juga terbuka luas.

     Dulu di bagian halaman depan objek wisata ini (bagian rest area) di depan gong perdamaian bahkan terdapat kolam berisi ikan mas/koi yang besar - besar dan banyak.  Beberapa kali saya dan keluarga mampir saat tiba waktu sholat untuk sholat di sini.  Waktu itu anak saya yang masih kecil, saya dan suami bisa bergantian menunaikan ibadah dan menemani putri saya melihat ikan.  Saat itu disediakan kotak berisi pakan yang dikemas dalam plastik kecil - kecil, kita bisa mengambilnya dan menggantinya dengan harga seribu rupiah (dimasukkan ke dalam kotak yang sama).  Anak saya (dan anak - anak lainnya) suka melihat ikan berebut pakan yang dilempar ke dalam kolam.  Saya tidak tahu alasan fasilitas penunjang ini ditiadakan.  Padahal ini adalah salah satu faktor penarik orang (setidaknya saya dan keluarga hehe...) mampir ke tempat ini.  Dan jika sudah mampir, kami setidaknya menikmati sebotol minuman atau kelapa muda yang dijual di tempat ini.

     Terlepas dari potensinya yang belum berkembang secara maksimal, bagi local traveller yang sedang
menempuh perjalanan jauh dan mulai merasa penat, lelah atau mengantuk, objek wisata ini bisa dimanfaatkan untuk beristirahat sejenak.  Dengan memarkir kendaraan di bawah pepohonan yang rimbun, kita bisa take a nap (tidur sebentar) sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Thursday, August 3, 2017

Berolahraga Pagi Di Situ Gede Kota Tasikmalaya

Oleh : Resna Nata

     Di Kota Tasikmalaya ada beberapa tempat yang banyak dimanfaatkan untuk berolahraga pagi outdoor. Diantaranya alun - alun Kota Tasikmalaya, seputar komplek olahraga Dadaha dan di Situ Gede.

     Alun - alun Kota Tasikmalaya sempat sepi ketika kepemilikannya belum ditetapkan secara pasti menyusul dibentuknya Kota Tasikmalaya yang terpisah dari Kabupaten Tasikmalaya.  Setelah proses pemisahan aset selesai dan alun - alun menjadi milik pemerintah Kota Tasikmalaya, mulailah alun - alun dibenahi dan sekarang mulai ramai lagi dan banyak dimanfaatkan untuk jogging di pagi hari.

     Tapi kali ini saya tidak akan bercerita tentang alun - alun melainkan Situ Gede Kota Tasikmalaya.  Situ Gede adalah objek wisata yang dikelola Pemerintah Kota Tasikmalaya.

     Untuk sampai di Situ Gede yang berlokasi di Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya, kita bisa masuk melalui Jalan Ir. H. Juanda atau Jalan A.H. Nasution.  Saya lebih merekomendasikan jalur yang melalui Jalan A.H Nasution.  Alasannya jika kita memasuki jalan lingkungan yang menuju Situ Gede yang berawal dari Jalan Ir. H. Juanda kemungkinan untuk kesasar agak lebih banyak (hehe....), di jalur ini pada setiap perempatan tidak ada sama sekali papan penunjuk jalan yang mengarahkan kita menuju gerbang depan Situ Gede.  Sementara jika kita melalui jalan lingkungan yang berawal dari Jalan A.H Nasution, selain rutenya lebih pendek, ada beberapa rambu yang menunjukkan arah menuju gerbang utama Situ Gede.  Selain itu, pada rute ini sudah banyak rumah penduduk yang bisa kita jadikan sumber informasi jika kita masih ragu tentang rutenya.

     Seperti kebanyakan objek wisata yang dikelola pemerintah daerah, tarif masuk ke area wisata ini pun tidak mahal.

     Kita bisa datang di pagi hari untuk berolahraga di tempat ini karena memang tersedia jogging track bagi pengunjung yang ingin berjalan atau berlari ringan mengelilingi situ.

     Seiring waktu, dengan banyaknya pengunjung, di sisi kanan dan kiri jogging track semakin dipenuhi saung - saung yang menjajakan menu khas yakni ikan nila/mujair bakar dengan bumbu kunyit lengkap dengan sambal dan lalap matang daun singkong dan pepaya.

     Di satu sisi, keberadaan warung - warung ini menambah nilai Situ Gede menjadi sekaligus objek wisata wisata kuliner, namun di sisi lain mempersempit ruang gerak pengunjung yang ingin berlari ringan atau berjalan santai mengitari tempat ini.

     Jika anda ingin mengunjungi tempat ini untuk berolahraga pagi dengan membawa anak - anak, saya tidak menyarankan mengambil tantangan memutari situ, karena akan sangat melelahkan.  Ambillah satu jarak tertentu untuk kemudian kembali ke tempat semula.

     Selain berolahraga dan berwisata kuliner, di tempat ini juga tersedia fasilitas lain untuk menikmati keindahan panorama sekitar situ yakni rakit dan perahu .  Kita bisa menyewa rakit atau perahu untuk mengitari Situ.

     Di tengah situ terdapat pulau, yang konon di pulau tersebut terdapat makam Eyang Prabudilaya.  Ada berbagai versi cerita legenda tentang tokoh yang satu ini.  Sehingga Situ Gede juga ada yang menjadikannya sebagai objek wisata ziarah.

     Selain cerita legenda tentang Eyang Prabudilaya ada cerita legenda lain yang erat kaitannya dengan Situ Gede yakni misteri sebuah kampung yang (pada zaman dahulu) dinamakan Sinjang Moyang yang letak pastinya di masa lampau belum diketahui secara pasti.


   Di pagi hari, seusai berolahraga kita bisa mengakhiri aktivitas dengan menikmati menu khas Situ Gede yakni bakar ikan sambil menikmati pemandangan situ yang dihiasi dengan perahu yang berlalu lalang.

     By the way, warung - warung di Situ Gede juga bisa dijadikan tempat kumpul bersama teman seperti arisan atau sekedar bertemu sambil ngobrol - ngobrol.  Warung - warung di sini menyediakan tempat makan lesehan dengan menu khas yang hampir sama.

     Sayangnya, saya pernah punya pengalaman kurang menyenangkan ketika, karena area parkir lainnya sudah penuh, saya memanfaatkan area parkir di bawah (sebelah loket pintu masuk/tempat penjualan karcis), penataan tempat parkir menurut saya kurang begitu bagus.  Ada bagian dari area parkir yang membuat mobil tidak leluasa berputar arah saat hendak keluar.  Mungkin perlu pengaturan dimana seharusnya mobil di parkir dan dimana yang hanya dapat digunakan untuk parkir motor.

     Penataan warung - warung juga perlu dilakukan agar tidak menjadikan pemandangan Situ menjadi
sumpek karena warung - warung yang tidak tertata rapi.

     Hal lain yang juga agak kurang terpelihara dengan baik di Situ Gede adalah fasilitas mushola dan WC.  Meski masih terlihat bagus namun kebersihannya tidak dijaga dengan maksimal.

     Kelebihan berolahraga di tempat ini jika dibandingkan dengan fasilitas uang bisa dimanfaatkan untuk olahraga outdoor lainnya seperti Alun - alun Kota Tasikmalaya dan Komplek Olahraga Dadaha yang terletak di tengah kota mungkin adalah udara Situ Gede yang masih relatif lebih bersih dibandingkan yang lainnnya.

     bagi yang menyukai olahraga di tempat terbuka atau berwisata kuliner, Situ Gede dengan pemandangan alamnya bisa menjadi salah satu alternatif pilihan.

Wednesday, August 2, 2017

Menikmati Suasana Malam Bersama Keluarga Di Alun - Alun Ciamis

Oleh : Resna Nata

     Jika Anda kebetulan sedang berkunjung ke Kabupaten Ciamis terutama di akhir pekan, mengunjungi alun - alun Ciamis bisa menjadi salah satu pilihan berganti suasana.

     Di Ciamis tidak terlalu banyak pilihan keramaian yang bisa dikunjungi.  Hanya ada sedikit pusat perbelanjaan modern, itupun ukurannya tidak besar sekali.

     Meski demikian, rasanya bukan karena tidak adanya mall yang membuat alun -alun Ciamis menjadi pusat keramaian yang layak dikunjungi.  Karena letak pusat kota Ciamis yang tidak terlalu jauh dari pusat Kota Tasikmalaya, sebetulnya mudah saja jika ingin sekedar nongkrong di mall.  Di Kota Tasikmalaya terdapat beberapa mall yang cukup besar yang bisa dijadikan tempat nongkrong.

     Namun suasana alun - alun Ciamis yang luas dan ramai di malam hari, dengan beragam jajanan kaki lima memang bisa menjadi alternatif penghilang kejenuhan dari rutinitas sehari - hari.

     Lokasi yang terletak di tengah - tengah kota dan dilalui jalur antar kota merupakan diantara kelebihan yang dimiliki alun - alun Ciamis.  Luas alun - alun yang memadai ditambah dengan taman lain yang ada di depan mesjid agung Ciamis merupakan kelebihan lainnya.  Di lokasi ini terdapat 2 area yang dijadikan taman yang bisa dimanfaatkan warga, yakni alun - alun yang disebut juga dengan nama taman raflesia serta area di depan mesjid agung yang dinamakan taman anggur.  Dan saya menilai penataan taman alun - alun yang dibuat sedemikian rupa tanpa pagar merupakan pilihan yang tepat.

     Taman yang ditata secara terbuka (tanpa pagar) menyulitkan orang - orang yang bermaksud melanggar norma susila di tempat tersebut.  Hal ini membuat alun - alun Ciamis menjadi layak dan aman untuk dijadikan arena bercengkerama bersama keluarga dengan mengikutsertakan anak -anak.  (By the way, saya beberapa kali mengunjungi tempat ini di petang hingga malam hari, antara pukul enam petang hingga pukul delapan malam, suasana alun - alun Ciamis pada waktu lebih malam dari itu saya belum pernah tahu).

     Di taman yang berlokasi di depan mesjid agung tersedia arena bermain anak dengan beragam fasilitas permainan anak seperti ayunan, jungkat - jungkit, prosotan dan lain - lain.  Tapi aktivitas yang memanfaatkan fasilitas tersebut lebih cocok dilakukan di siang hari.

     Di seputar taman depan mesjid agung dan alun -alun banyak pedagang kaki lima berjualan makanan.  Bahkan di malam hari jumlah pedagang kaki lima ini semakin bertambah..  Pedagang kaki lima ini tak hanya mangkal di area taman tapi juga di jalan - jalan sekitarnya seperti di jalan yang terletak di sisi kiri dan kanan gedung DPRD Kabupaten Ciamis.

     Sayangnya hanya sedikit pedagang kaki lima yang menawarkan menu khas Ciamis.  Kebanyakan justru menu - menu pendatang, seperti ayam dan ikan goreng yang ditawarkan warung Lamongan, nasi dan mie goreng yang dijajakan pedagang asal Majenang dan lain - lain.

     Pengunjung alun - alun juga tidak perlu khawatir tentang ketersediaan parkir.  Sisi jalan sebelah alun - alun (jika tidak ada pertunjukan musik di sana) yang cukup lebar, dapat dimanfaatkan untuk parkir.  Demikian pula jalan lain di sekitarnya.

     Pemandangan yang khas di alun - alun Ciamis di malam hari adalah banyaknya sarana permainan yang diskenal dengan sebutan becak cinta berbentuk mobil - mobilan dengan hiasan kerlap - kerlip lampu berwarna - warni.  Pengunjung bisa menyewa sarana ini untuk berkeliling alun - alun.

     Alun - alun Ciamis tidak hanya sekedar menjadi ruang terbuka hijau dengan tamannya tapi juga menjadi fasilitas umum karena suasana yang tercipta di dalamnya.  Tidak hanya orang Ciamis saja yang menyukai suasana tempat ini.  Saya kerap bertemu orang - orang yang saya kenal dan sama - sama berdomisili di Kota Tasikmalaya.

     Untuk nongkrong di tempat ini, selain ada warung tenda yang sudah menyediakan fasilitas lesehan untuk pengunjung yang ingin menikmati
sajian yang mereka tawarkan, di taman depan mesjid agung sepertinya ada juga yang menyediakan jasa persewaan tikar.

     Saya menyayangkan jika keramaian yang sudah tercipta tidak turut dimanfaatkan oleh warga Ciamis sendiri untuk mengenalkan menu khas Ciamis, mengambil keuntungan untuk meningkatkan perekonomian setempat (saya lebih banyak menemukan penjual ayam goreng khas Ciamis di Kota Tasikmalaya daripada di alun - alun Ciamis).

     Meski menunya jarang yang khas Ciamis, alun - alun Ciamis bisa menjadi tempat pilihan untuk nongkrong, bukan hanya dengan teman namun juga dengan keluarga.  Alun - alun Ciamis bisa menjadi alternatif pilihan tempat refreshing yang murah, meriah dan menyenangkan (terutama tanggal tua hehe....).    

Resep Dan Cara Membuat Peuyeum Ketan Hideung Bungkus Daun Pisang... Kali Ini Rasanya Benar - Benar Manis Alami

Oleh : Resna Nata

     Pada posting beberapa bulan sebelumnya, saya bercerita tentang kegirangan karena akhirnya berhasil membuat tape ketan sendiri kendati dengan rasa manis yang dipaksakan karena penambahan gula pada tape yang sudah jadi.

     Mengapa saya begitu gembira ? Karena ibu saya selalu mengatakan membuat tape atau peuyeum itu gampang - gampang susah.

     Mengapa disebut demikian, karena jika dilihat dari cara pembuatannya, prosedur pembuatan peuyeum itu mudah.  Hanya dengan membuat nasi ketan dengan cara seperti biasa, lalu ditaburi ragi, dibiarkan beberapa hari, selesai sudah.  Namun yang menjadi sulit adalah memastikan bahwa yang kita gunakan benar - benar 'ragi yang bagus' untuk membuat peuyeum dan memastikan alat yang kita gunakan benar - benar bersih dari kontaminasi bakteri jenis lain yang bisa mempengaruhi rasa tape.

     Maka saya saya masih merasa tertantang untuk menghasilkan tape atau peuyeum dengan kualitas dan rasa alami yang lebih baik.  Saya menginginkan peuyeum dengan rasa manis yang natural.  Rasa manis yang asli dihasilkan dari dari fermentasi nasi ketan bukan karena penambahan gula pasir.

     Keinginan saya kembali bangkit manakala beberapa minggu sebelumnya saya mendapat bingkisan dari hajatan keluarga.  Bingkisan makanan khas hajatan di pedesaan itu seperti biasa, berisi nasi dan lauk pauknya dan makanan kecil seperti kue awug ketan, bugis, aneka snack kering seperti ranginang, opak, saroja dan keripik, juga tentu saja tape ketan bungkus daun pisang.

     Ketika tape ketan bungkus daun pisang tersebut dicicipi, rasanya sama sekali tidak ada rasa manisnya, yang ada hanya ada rasa asam yang bahkan rasa asam ini juga tetap dominan meski tape tersebut sudah ditaburi gula pasir.

     Mendapati tape seperti itu, saya jadi ingin tahu seberapa sulitkah sebenarnya membuat tape ketan bungkus daun yang enak.

     Pada pembuatan tape sebelumnya saya merasa tape saya menghasilkan terlalu banyak air, bahkan sebelum ditaburi gula pasir.  Jadi saya fikir, dalam pembuatan kali ini kadar kelembekan nasi ketannya harus dikurangi, berharap agar tape yang dihasilkan lebih 'kering'.

     Selanjutnya pasa pembuatan tape ketan hitam yang lalu saya menggunakan tape ketan hitam seluruhnya sehingga tekstur serat tape pada saat dimakan terasa kasar di lidah.  Jadi kali ini saya ingin menggunakan campuran ketan hitam dengan ketan putih dengan perbandingan 2 : 3, berharap tape yang dihasilkan memiliki warna menarik dan rasa yang lebih lembut.

     Selain itu, saya berkeinginan membuat tape dengan bungkus daun pisang dengan porsi sedikit sedikit.  Kemungkinan kontaminasi bakteri bertambah dari daun pisang yang digunakan, dan ini adalah tantangan baru yang lain.

     Dan Bismillahirrohmanirrohim, saya membuat tape dengan resep dan cara membuat sebagai berikut (takaran resep ini untuk 250 gram beras ketan, jadi untuk 1 kilogram beras ketan, semua bahan tinggal ditingkatkan empat kali):

Bahan :

100 gram beras ketan hitam
150 gram beras ketan putih
150 ml air
1/4 butir ragi tape
daun pisang untuk membungkus dan mengalasi tampah

Cara Membuat :

1.  Rendam beras ketan kurang lebih 4 jam, tiriskan.
2.  Kukus ketan dengan api kecil kurang lebih 30 menit.
3.  Angkat ketan, tuang dalam wadah, siram dengan air mendidih
4.  Kukus kembali ketan kurang lebih 30 menit (hingga matang).  Angkat.
5.  Hamparkan merata di atas tampah bersih yang dialasi daun pisang yang bersih  juga, biarkan dingin.
6.  Gunakan saringan kecil, haluskan ragi tape dan hamparkan tipis tipis merata di atas nasi ketan dingin.
7.  Bungkus masing - masing sesendok makan dengan daun pisang.  
8.  Simpan dalam wadah tertutup.  Diamkan selama 2 hari (48 jam).

Catatan :  jumlah tape yang dihasilkan kurang lebih 35 bungkus

     Alhamdulillah, rasa tape ketan hitam yang saya hasilkan kali ini sangat mendekati apa yang saya inginkan, lembut dengan warna yang menarik dan rasa manis alami serta kering.

     Karena rasa ingin tahu bagaimana tahap fermentasi nasi ketan hingga menjadi tape berlangsung, setiap 12 jam saya cicipi satu bungkus tape.

     Setelah 12 jam, tape masih terasa seperti nasi ketan biasa meski aroma tape mulai tercium.  Setelah 24 jam, nasi ketan sudah mulai empuk seperti tekstur tape yang sudah jadi tapi rasa tape masih tawar.  Dalam istilah di kampung halaman saya di Banjarsari Ciamis sana, waktu tepat 24 jam setelah pembuatan ini disebut 'tepung pangjuron' (ada yang tahu artinya...bisa beritahu saya?). Setelah 36 jam, tape mulai terasa manis dan setelah 48 jam tape sudah matang sempurna.

     Oh,ya kali ini saya menggunakan ragi dengan bentuk berbeda dari ragi pada pembuatan peuyeum sebelumnya.  Jika sebelumnya saya menggunakan ragi berbentuk bulat yang dijual pedagang sembako, kali ini saya menggunakan ragi berbentuk ceper yang saya beli dari pedagang beras (yang berhasil meyakinkan saya bahwa ragi ini bagus dan banyak digunakan produsen tape).

    Dan sekali lagi saya percaya bahwa, jenis ragi dan kebersihan peralatan yang digunakan untuk membuat tape menentukan hasil akhir tape yang duhasilkan.