Resna Cooking Story: October 2016

Thursday, October 27, 2016

Membuat Bika (Bukan Ambon) Yang Berserat Banyak Dengan Resep Tanpa Telur dan Tanpa Pengembang Kimia

Oleh : Resna Nata

      Awalnya saya memberi nama kue di cerita saya dengan nama Bika Ambon, namun sepertinya pemberian nama tersebut kurang tepat, karena nama Kue Bika Ambon disematkan pada jenis kue yang identik dengan jumlah kuning telur yang banyak dan Kota Medan.  Konon Bika Ambon adalah kue (bika) yang pertama kali mencuat dari Jalan Ambon di Kota Medan.  Sepertinya Bika Ambon adalah pengembangan lebih lanjut dari Kue Bika yang banyak terdapat di Indonesia dengan beragam varian bahan dan beragam nama.  Di beberapa daerah saya mengenal nama Bika, Bibika, Bingka, Wingka, Wiwingka atau bahkan Wingko (?).  Dan Kue yang saya ceritakan ini biasanya disebut Bika di kampung saya (di pelosok Ciamis Selatan), jenis kue Bika yang pembuatannya difermentasikan (melewati proses fermentasi).  Tanpa bahan pengembang instan, namun menggunakan (bakteri) tape, biasanya untuk mengembangkan volume dan menghasilkan serat yang digunakan adalah perpaduan tape singkong dan air kelapa.  Dan menyesuaikan dengan informasi yang saya dapat, saya mengedit judul dan menambah catatan dalam cerita memasak saya ini.

     Lebih setahun yang lalu saya sempat membuat bika ambon dengan resep menggunakan sebelas telur dan memakai pengembang jenis instant yeast.  Saya waktu itu mencoba setengah resep dengan penggunaan telur terdiri dari lima telur utuh dan satu bagian kuningnya saja.  Hasil seratnya kurang memuaskan.  Jadinya saya enggan mengulang lagi. 

     Sebenarnya saya punya resep kue bika warisan dari almarhumah adiknya kakek dari ibu.  Saya mendapatkan resep 'karuhun' tersebut semasa kuliah.  'Kapinini' (istilah sunda untuk nenek tidak berasal dari jalur keturunan langsung) yang satu ini memang sering menjadi 'chief' di acara memasak hajatan di kampung halaman ibu saya.

     Lama tersimpan tanpa niatan ingin mencoba.  Yang membuat saya ragu adalah karena resep ini bukan saja irit atau hemat telur tapi sama sekali tidak menggunakan telur atau pengembang kimia baik instant yeast atau gist maupun baking soda atau baking powder.  Saya fikir apa mungkin bisa berserat dan andaipun berserat terbayangnya akan cenderung keras.

     Kue Bika mungkin bukan authentic food khas parahyangan, namun ibu saya bercerita nenek tersebut sudah sering membuat kue ini sejak awal tahun 70 an.  Kendati bukan authentic food, namun ternyata kue ini bukan penganan 'asing' di Jawa Barat, bahkan di kampung halaman ibu saya yang merupakan daerah pelosok (bukan daerah yang dekat dengan perkotaan) kue ini ternyata sudah dikenal sangat lama, sejak lebih empat puluh lima tahun lampau.  Jadi saya memutuskan untuk memunculkannya di blog ini, dengan kategori kue tradisional yang banyak terdapat di Jawa Barat dan sudah dikenal lama sampai pelosok (maksa ya hehe...).

     Di kampung halaman ibu saya sudah tidak ada lagi yang membuat kue ini.   Sekarang ini mereka lebih senang membuat kue bika karamel yang mengandalkan baking powder dan baking soda dalam pembuatan seratnya.

     Beberapa tahun lalu, bibi, putrinya nenek ini pernah menyuguhkan bika yang menggunakan resep warisan ibunya ini, tapi seratnya jarang.  Wah, semakin tidak terfikirlah untuk mengujicoba resep ini.

     Tapi ketika saya mulai suka blogging dan share resep dan pernah membuat kue cara bika yang hanya menggunakan tepung beras dan santan namun bisa menghasilkan kue dengan serat yang bagus (saya belum berani memunculkan hasil ujicoba carabika saya karena bagian bawah carabikanya masih keras hehe...) saya jadi terfikir mengujicoba resep kue bika ini.

     Ketika membaca resepnya, saya langsung dihadapkan pada tantangan tidak adanya jumlah takaran pasti jumlah cairan yang dibutuhkan dalam proses pembuatannya.  Kata ibu saya, orang - orang di lembur memang memasukkan air ke dalam adonan kue apapun dengan takaran mengandalkan feeling sehingga tekstur kuenya sering gak konsisten.  Dan takaran bahannya pun hitungannya kiloan.  Mungkin memang dimaksudkan untuk sajian hajatan.

     Prosedur /urutan pembuatannya pun membuat saya agak sedikit mengerutkan kening.  Sepertinya saya dulu salah menangkap ucapan nenek hehe....tapi dengan sedikit pengalaman pada pembuatan kue mangkok/apem mekar, saya sedikit percaya diri untuk merombak urutan pembuatannya.  Saya merencanakan membuat kue bika dengan dua kali proses fermentasi seperti apem.

     Naaah, sekarang tinggal menebak berapakan jumlah cairan yang dibutuhkan untuk membuat kue bika ini.  Cairannnya sendiri ada dua jenis yakni air kelapa untuk menyaring tape dan air untuk membuat santan.

   
     Ternyata saya harus tiga kali mengujicoba sebelum bisa menghasilkan kue bika dengan serat yang banyak rongganya kecil kecil.  Ujicoba pertama menghasilkan kue yang kurang manis (mungkin saya salah mencatat takaran gulanya), yang kedua sudah manis namun seratnya masih jarang.  Yang ketiga barulah di dapat kue bika yang bisa mengalahkan rasa dan serat bika ambon yang pernah saya buat seperti catatan di awal tulisan ini.  Sayangnya karena mengandalkan kamera smartphone dan kurang lihai mengatur pencahayaan, serat kue bika ambon ini tidak tampak jelas dalam foto yang ditampilkan.

    Resep ujicoba ketiga ini tentu saja selain lebih cermat dalam mengukur takaran bahan juga mengubah beberapa komposisi bahan dari resep aslinya.  Urutan pembuatannya sejak ujicoba pertama sudah dirombak mengikuti pengalaman membuat kue apem mekar.   Mungkin yang masih kurang adalah terlewatnya unsur pewarna dalam bahan kue.

     Dan inilah resep dan cara membuat kue bika yang bukan lagi hemat atau irit telur tapi sama sekali tanpa menggunakan telur dan bebas food additive atau pengembang kimiawi.

Bahan 
250 gram tepung beras
125 gram tepung tapioka
250 gram gula pasir
250 gram tape singkong
500 ml air kelapa
200 ml santan dari 1/2 butir kelapa  
2 lembar daun pandan buang tulang daunnnya, robek - robek
1 lembar daun jeruk buang tulang daunnya
margarin dan tepung terigu untuk mengolesi loyang.

Cara membuat :
1. Campurkan tapai singkong dan air kelapa, saring.
2. Masukkan semua bahan kecuali santan, aduk hingga rata dan menyatu, diamkan dua belas jam (fermentasi tahap pertama).
3. Rebus santan dengan daun pandan dan daun jeruk, biarkan sampai hangat, masukkan ke dalam adonan yang telah difermentasi tahap pertama.  Diamkan kembali selama tiga jam.
4. Panaskan oven terlebih dahulu,  tuang adonan dalam loyang yang telah diolesi margarin dan tepung terigu
5. Bakar dalam oven dengan suhu api besar selama 40 menit.  Sebelum diangkat, cek kematangannya  terlebih dahulu dengan tusuk sate.

     Uniknya kue ini belum 'gaaleun' dalam waktu 24 jam.

     Ribet?  Saya rasa tidak juga.  Bahannya mudah didapat di pasar tradisional.  Air kelapa pun mudah didapat di penjual kelapa parut dengan mesin yang biasa ada di pasar.  Membuat kue dengan resep tradisional buat saya lebih menyenangkan karena rasanya seperti bermain - main (kenapa ya...).  Menyenangkan.....

Btw, selain Bika, makanan yang bukan otentik Sunda namun sudah terkenal di Jawa Barat sejak puluhan tahun silam adalah beragam cake kukus dan panggang 'jadoel', makanan ini banyak dijadikan snack 'jajan pasar' yang banyak dijual atau dijadikan isian 'paket' makanan pada banyak hajatan di Jawa Barat.  

Wednesday, October 26, 2016

Kue Apem Mekar : Membuat Kue Tradisional Dengan Resep 'Asli' Tanpa Food Additive

Oleh : Resna Nata

     Di Kota kecil tempat tinggal saya sekarang, jika kita mendapatkan undangan pernikahan, maka ada dua pilihan cara untuk memenuhinya.  Pertama kita bisa menghadiri tepat pada waktu penyelenggaraan acara sesuai jadwal yang tertera pada kartu undangannya, dan kedua kita bisa data pada sore hari satu hari sebelum acara dilaksanakan.  Jika kita datang pada waktu acara maka kita akan akan mendapat suguhan berupa makan prasmanan di tempat, sedangkan jika kita datang sehari sebelumnya, maka kita akan membawa pulang bingkisan yang biasanya terdiri dari satu pak kecil beras, minyak goreng kemasan, kecap, sarden kaleng, kerupuk udang mentah, biskuit dan mie instan.  Ukuran produknya tergantung ' kebijakan' yang punya hajat.  Bingkisan tersebut disebut dengan 'atahan'.  Dulu waktu saya kecil jika kita datang sehari sebelum acara (yang disebut dengan 'nyambungan') biasanya kita akan diberi bingkisan makanan matang, dikemas dalam kotak anyaman bambu yang disebut besek.  Isinya nasi dan lauk pauk serta snack jajanan pasar.  Kota tempat tinggal saya adalah sebuah kota kecil yang secara bertahap mulai meninggalkan tradisi yang dianggap 'ribet'.  Bahkan tak jarang dalam undangan disebutkan hanya menerima tamu pada saat pelaksanaan acara saja.

     Tapi di kampung halaman ibu saya di Banjarsari Ciamis Selatan, kendati sudah mulai ada satu dua yang mulai meninggalkan tradisi tapi masih banyak yang melaksanakan hajatan dengan cara - cara lama.  Jika kita datang sehari sebelum acara, kita pulang dibekali 'besek'.  Yang menyertai besek makanan berisi makanan berat, biasanya adalah makanan ringan berupa kue basah.  Dulu kue yang biasa menjadi pilihan adalah kua tradisional seperti kue apem, papais tipung amis/asin, kue anduk, kue lapis tepung, talam, bugis, wajit/angleng, peuyeum ketan, opak ketan, ranginang dan tengteng beras.

     Kali ini saya akan menyajikan resep dan cara membuat kue mangkok atau apem mekar yang resepnya sangat tradisional, seuai resep asli yang tidak menggunakan bahan pengembang kimia, baik instant yeast maupun baking soda atau baking powder.  Kue ini menggunakan tapai singkong dan dilakukan melalui dua kali proses fermentasi.

     Dan inilah resep dan cara membuat apem mekar khas hajatan dalam takaran sajian rumahan :

Bahan :
175 gram tepung beras
150 gram tape singkong yang sudah lembek
125 gram gula pasir
125 ml air
125 ml santan dari 1/4 butir kelapa
beberapa tetes pewarna pink

Cara membuat :
1.  Campur tepung beras, tape singkong, gula dan air, uleni hingga semua bahan menyatu dan gula larut, diamkan selama duabelas jam untuk fermentasi tahap pertama.
2.  Setelah difermentasi selama dua belas jam campurkan dengan santan, aduk hingga merata, diamkan kembali selama 2 jam untuk fermentasi tahap kedua.
3.  Panaskan dandang hingga berasap.  Siapkan cetakan (saya memakai yang berbahan alumunium), olesi minyak, panaskan dalam dandang, tuangkan adonan hingga sepenuh cetakan.
4.  Kukus selama kurang lebih 20 menit.  Angkat, lepaskan dari cetakan.  sajikan

Resep ini bisa menghasilkan 12 buah apem.

     Tidak harus menunggu sampai ada hajatan untuk menikmati kue apem ini.  Disajikan sebagai teman minum teh di sore hari juga enak kok....

Saturday, October 22, 2016

Resep Masakan Kerang : Kijing/Toe Bumbu Santan Kuning

Oleh : Resna Nata

     Kijing atau Toe adalah sejenis kerang air tawar yang berukuran besar.  Kijing hidup di dalam lumpur di balong/kolam atau rawa - rawa.

     Kijing atau Toe berbeda dengan haremis yang sama - sama merupakan kerang air tawar.  Perbedaan terletak pada ukuran dan warnanya.  Kijing/Toe berukuran besar sedangkan haremis berukuran kecil.  Kijing/Toe memiliki cangkang berwarna kehitaman adapun haremis memiliki cangkang berwarna kekuningan.  Meski sama - sama hidup di lumpur, haremis lebih mudah ditemukan di air mengalir seperti selokan sedangkan Kijing/Toe bisa ditemukan di kolam.

     Kita bisa menemukan masakan Kijing/Toe di beberapa rumah makan di sekitar Ciamis - Banjar - Pangandaran seperti Rumah Makan Betti atau Rumah Makan Sari Rasa - H. Ayo Banjar.  Masakan Kijing/Toe yang dirangkai dalam tusuk sate juga bisa didapat di ibu - ibu penjual pecel lontong yang banyak berjualan di Tasikmalaya dan sekitarnya, penjual pecel ini berasal dari Cilacap.

     Kali ini kebetulan saya menemukan seorang penjual Kijing/Toe siap masak di Pasar Pancasila Kota Tasikmalaya.  Dan saya menjadikannya masakan dengan bumbu santan kuning.  Dan inilah resep dan cara membuat Kijing/Toe Bumbu Santan Kuning (ala Resna hehe...) :

Bahan :
250 gram Kijing/Toe
300 ml santan dari 1/4 butir kelapa
1 batang serai
1 lembar daun salam
2 sendok makan minyak untuk menumis

Bumbu Halus :
3 butir bawang merah
2 siung bawang putih
1 buah cabai merah (boleh lebih sesuai selera)
1 ruas jari kunyit tua
1 ruas jari jahe
seujung sendok teh merica
garam
gula

Cara membuat :
1.  Tumis bumbu halus, masukkan serai dan salam, masak dengan api kecil hingga bumbu matang.
2.  Masukkan santa, biarkan hingga volumenya berkurang separuh.
3.  Masukkan kijing/toe, aduk rata, cicipi dan sempurnakan rasa garam dan gulanya.
4.  Masak sampai matang.

     Saya hanya menggunakan satu buah cabai dalam masakan ini, jika ingin lebih pedas selai cabai merah  bisa juga ditambahkan cabai rawit.

     satu hal yang penting, belilah kijing yang fresh,  kijing yang sudah tidak fresh membuat masakan yang dibuat kendari diberi bumbu sesedap apapun takkan terasa lezatnya.

Malam Minggu Di Alun Alun Kota Banjar Patroman Jawa Barat

Oleh : Resna Nata

     Sebenarnya menghabiskan weekend di daerah perbatasan Ciamis - Banjar sudah nyaris menjadi rutinitas bagi saya dan keluarga, mengingat keluarga suami berasal dari sana.  Tak setiap minggu memang tapi setidaknya sebulan sekali kami menginap di sana selama weekend.  Jadi melewatkan satu dua jam berkeliling keliling Kota Banjar di malam minggu juga sering kami lakukan.

     Banjar bukanlah kota yang memiliki obyek wisata spesial.  Kotanya juga tidak terlalu luas dan tidak terlalu ramai.  Tapi bagi kami kadang berganti suasana dengan tempat tinggal kami sudah bisa me refresh dari kejenuhan.

     Kami biasanya pergi ke Banjar sekalian mencari makanan untuk makan malam.  Kami biasa makan malam di rumah makan atau warung kaki lima yang ada di sekitar Kota Banjar.  Yang unik dalam suasana malam di Banjar adalah banyaknya penjual makanan berlabel "Ortega" yang berjualan.  Tak hanya menjual nasi/mie goreng, tapi label "Ortega" juga ada di tenda penjual martabak atau roti bakar.

     Saya memiliki sedikit keterangan tentang "Ortega" ini sewaktu tinggal di Bandung.  Katanya "Ortega" ini singkatan dari "Orang Tegal", kampung halaman para pedagang tersebut.

     Ternyata menurut penuturan salah satu penjual nasi/mie goreng di kota Banjar memang terdapat paguyuban orang Tegal yang anggotanya bukan hanya para pedagang kali lima tapi juga multi profesi sampai aparat pemerintahan pun ada.  Mereka rutin mengadakan pertemuan silaturahmi antar anggotanya.  Konon awalnya ada juga pedagang asal Tegal yang mencona membuka usaha warung nasi Tegal di Banjar.  Hanya saja tidak seperti di kota besar seperti Bandung atau bahkan Jakarta, pengusaha warung nasi Tegal tidak bisa bersaing dengan pemilik warung nasi lokal.  Entah karena masalah selera atau harga yang menjadi penyebabnya.  Yang bisa bertahan adalah para penjual nasi/mie goreng, yang bisa bersaing sehat dengan para pedagang nasi/mie asal Cilacap yang sama - sama mengadu nasib di kota Banjar.  Pedagang nasi/mie goreng asal Cilacap juga bisa ditemui di beberapa tempat di kota Banjar.

     Alun - alun  kota Banjar yang saya ketahui, di pagi dan siang hari bukanlah tempat yang ramai.  Tapi di malam hari (saya hanya berkunjung akhir pekan) menjadi tempat yang sangat ramai.  Banyak pedagang kaki lima tak hanya penjual makanan tapi juga pedagang pakaian dam penyedia jasa sewa mainan anak - anak seperti mobil - mobilan atau kereta - keretaan terdapat di sana.  Alun - alun yang memang tidak terlalu luas penuh dengan hiruk - pikuk pengunjung dan pedagang.

     Sayangnya berkali - kali datang ke Banjar, sampai saat ini saya masih belum mengetahui apa authentic food yang menjadi unggulan wisata kuliner kota Banjar.  Sebenarnya saya melihat antrian panjang pembeli pada seorang penjual sorabi di jalan samping alun - alun Kota Banjar ini, tapi saya belum sempat mencicipi.

Resep Dan Cara Membuat Comro Renyah : Varian Gorengan Dari Singkong Khas Sunda Paling Terkenal

Oleh : Resna Nata

     Menyambung posting tentang makanan sebelumnya yang berbahan dasar singkong, saya akan menyajikan gorengan berbahan dasar singkong paling populer yakni Combro atau Comro.  Comro sendiri berasal dari singkatan 'oncom di jero' yang artinya 'oncom di dalamnya'.

     Penganan ini memiliki dua bahan utama yakni singkong dan oncom.  Baik singkong maupun oncom masing - masing diberi bumbu.  Adonan singkong menjadi bagian luarnya sedangkan oncom mengisi bagian dalamnya.  Biasanya comro dibentuk oval.  Adonan oncomnya bisa dibuat dengan tingkat kepedasan yang berbeda - beda tergantung selera.  Kadang karena oncom tak mudah didapat di suatu daerah, 'peran' oncom ini diambil alih tempe.  Tempe juga kadang digunakan menjadi substitusi oncom karena alasan  tempe memiliki nilai gizi yang jauh lebih baik dibanding oncom.  Tapi rasanya pergantian ini tidak menjadi masalah selama aroma dan rasanya tetap comro.

     Saya menambahkan kelapa muda parut ke dalam adonan singkong untuk memberikan rasa gurih dan menambah kerenyahan adonan.  Demikian pula penambahan tepung beras dimaksudkan untuk membuat bagian singkongnya menjadi lebih renyah.

     Saya membuat Comro dengan resep dan cara membuat sebagai berikut :

Adonan Singkong

Bahan :
500 gram singkong kupas
1/2 butir kelapa muda kupas
2 sendok makan tepung beras
2 batang serai diiris halus
Bumbu halus :
3 butir bawang merah
2 ruas jari kencur
seujung sendok teh ketumbar
garam
gula

Cara membuat :
1.  Singkong diparut, peras hingga setengah kering, endapkan, ambil patinya, buang airnya.  Kelapa muda diparut.
2.  Campur semua bahan, cicipi dan sempurnakan rasanya.

Adonan Oncom 

Bahan :
1 potong oncom ukuran kurang lebih 10 x 4 x 2 cm

Bumbu halus :
2 butir bawang merah
2 siung bawang putih
2 ruas jari kencur
cabai merah / cabai rawit sesuai selera
garam
gula

Cara membuat :
1.  Potong potong oncom, goreng sampai matang.
2.  Halusnya bumbu dan campurkan dengan oncom yang sudah digoreng.

Membuat Comro :
1.  Ambil adonan singkong, bulatkan, tipiskan, isi dengan adonan oncom, bentuk oval (atau sesuai selera).
2.  Panaskan minyak, goreng comro hingga kecoklatan.

      Comro enak disajikan hangat bersama teh panas atau kopi.

Sunday, October 16, 2016

Rarawuan : Gorengan Berbahan Singkong Khas Sunda

Oleh : Resna Nata

     Jika sebelumnya saya menyajikan jenis makanan yang berbahan singkong yang bisa dijumpai di banyak tempat di Pulau Jawa, maka kali ini saya membuat yang bisa dikatakan sebagai authentic food khas Pasundan yakni Rarawuan.

     Makanan ini merupakan sejenis gorengan masih menggunakan bahan singkong.  Di tempat saya, kendati banyak terdapat penjual gorengan tapi tak semua menyediakan Rawawuan.  Meski begitu sebenarnya makanan ini sebenarnya memiliki banyak penggemar.

     Ciri khas yang ada pada penganan ini adalah adanya parutan kasar/cincangan/irisan panjang kelapa muda.  Ketika saya browsing, yang saya temukan adalah resep dan cara membuat rarawuan yang menggunakan bahan dasar tepung terigu atau tepung beras.  Saya pernah mencicipi rarawuan yang rasanya enak dan sangat renyah dan mendapati komponen parut singkong di dalamnya.  Ketika saya tanyakan pada ibu penjualnya, ibu tersebut mengiyakan adanya penggunaan singkong sebagai salah satu bahannya tapi tidak mengatakan secara pasti berapa takaran perbandingannya.  Mungkin komposisi adalah rahasia dapur temuannya setelah pengalaman bertahun - tahun secara rutin membuat penganan ini.  Jadinya saya hanya mengira - ngira (dan saya yakin komposisinya belum sesuai dengan resep rahasia ibu penjual rarawuan hehe...) ketika membuatnya di rumah (tapi saya hanya merasa rarawuan buatan saya kalah daya tahan kerenyahannya saja dengan buatan ibu tersebut kok...hehe pede...)

     Banyak penjual rarawuan di kaki lima sepertinya mengandalkan penggunaan penyedap (vetsin atau kaldu ayam/sapi bubuk) buatan pabrik sebagai andalan dalam melezatkan camilan buatannya.  Jika kita mebuatnya di rumah, kita bisa mempertahankan citarasa tradisional dalam makanan yang kita buat dengan memasukkan berbagai bumbu dan rempah untuk menambah rasa dan aroma masakannya.  

     Saya membuat Rarawuan sendiri di rumah dengan bahan dan cara membuat sebagai berikut :


Bahan :
250 gram singkong kupas
100 gram tepung terigu serbaguna
1/4 butir kelapa muda dikupas kulit luarnya
100 gram kacang gajih/merah
1 batang daun bawang


Bumbu halus :
3 butir bawang merah
2 siung bawang putih
1/4 sendok teh ketumbar
2 ruas jari kencur
garam
gula

Cara membuat :
1.  Singkong diparut, peras hingga setengah kering, endapkan, ambil patinya buang airnya.  Kelapa muda diparut kasar.
2.  Kacang direbus hingga matang.
3.  Campurkan semua bahan, cicipi dan sempurnakan rasanya.  Tambahkan air jika adonan terasa terlalu padat.
4.  Goreng dalam minyak panas hingga matang.
5.  Sajikan dengan cabai rawit atau dicocolkan sambal goang.

    Camilan ini enak dimakan hangat - hangat pada sore hari untuk teman minum teh manis atau kopi. 

Saturday, October 15, 2016

Jelajah Kuliner Bakso : Mie Bakso Laksana Tasikmalaya

Oleh : Resna Nata

     Sudah lama saya ingin bercerita tentang kuliner yang memiliki trade mark "Mie Bakso Tasik".  Di luar Kota Tasikmalaya pun banyak yang menjual bakso dengan identitas seperti itu.  Tapi yang ingin saya ceritakan adalah kali ini adalah mie bakso tasik yang benar - benar berada di Kota Tasikmalaya.

     Saya mulai cerita bersambung tentang mie bakso tasik dimulai dengan yang mungkin paling terkenal.  Namanya Mie Bakso Laksana.  Lokasi tempat makan ini ada di pertigaan Jalan Pemuda.  Sebenarnya karena lokasinya berada di posisi 'hook' maka sisi bangunannya menghadap ke dua jalan.  Pintu masuknya sebenarnya berada di sisi yang menghadap Jalan Mayor Utarya sedangkan sisi lainnya berada di Jalan Pemuda.  Dulu lokasi ini sangat luar biasa strategis karena selain dekat dengan pusat keramaian (pertokoan) yang terletak di Jalan HZ Mustofa juga berada tepat di seberang Kantor Bupati atau Sekretariat Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang lama (sebelum adanya pemekaran wilayah Kota Tasikmalaya dan pusat pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya pindah ke Singaparna).  Seingat saya sebelum menempati bangunan yang sekarang, Mie Bakso Laksana pernah beralamat di Jalan Tarumanagara berhadapan dengan Kantor Walikota Administratif Tasikmalaya (waktu itu).

     Mie Bakso Laksana menempati bangunan tua dengan jendela lebar yang memungkinkan pengunjung 'menikmati pemandangan lalu lintas (yang tidak terlalu ramai) di depannya.  Bangunannya terdiri dari dua lantai dan pengunjung bisa memilih tempat duduk di lantai satu ataupun dua.

     Ketika kita mengunjungi mie bakso ini maka pertama kita akan melewati kasir, di dekat kasir tersedia kertas - kertas kecil yang digunakan untuk memesan mie bakso sesuai keinginan, setelah itu pesanan diserahkan pada waiter atau waitress yang menunggu di sana.

     Mie Bakso ini memiliki rasa yang premium dengan harga yang premium pula.  Harga tertinggi ada pada  menu mie bakso komplit yang harga satu porsinya empat puluh lima ribu rupiah.  Satu porsi mie bakso komplit berisi mie, bakso, pangsit dan irisan babat, kita bisa memesan setengah porsi seharga tiga puluh ribu rupiah.  Pilihan menunya memang bermacam - macam mulai dari yang standar hingga yang komplit.  Penyajiannya bisa sesuai pesanan, disajikan dengan kuah dalam satu mangkok atau atau mie bakso yamin asin atau manis (dengan kecap) dengan penyajian dalam mangkok terpisah.  Penyajiannya dilengkapi dengan dua cawan kecil berisi sambal bawang dan sambal cabai rawit.

     Bagi siapapun yang sedang berkunjung ke Kota Tasikmalaya, Mie Baso Laksana adalah salah satu ikon kuliner Tasikmalaya yang sayang untuk dilewatkan.

Resep Papais Sampeu : Makanan Sederhana Dengan Beragam Nama

Oleh : Resna Nata

     Mengawali Chapter "Food Recipes" dengan sejenis penganan sederhana, mudah dibuat dan murah bahannya.  Penganan ini tidak menjadi authentic food dari suatu daerah.  Saya rasa setidaknya dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa penganan ini banyak dibuat dan cukup terkenal.  Ini bisa dibuktikan dengan beragam nama yang diberikan untuk penganan ini.  Dulu teman saya yang berasal dari Jawa Tengah suka membawa oleh - oleh makanan ini ke kost-an setelah pulang dari kampung halamannya, yang disebutnya dengan nama Ketimus.  Sedangkan dalam resep dari sebuah majalah wanita yang terbit puluhan tahun silam, makanan ini disebut dengan judul Lemet Singkong.  Bahkan ketika browsing saya menemukan nama lain lagi untuk penganan ini yakni Utri Singkong.  Di daerah saya sendiri makanan ini dikenal dengan sebutan Papais Sampeu.

    

 Terlepas dari apapun nama sebutannya, makanan ini berasal dari bahan pembuat yang sama yakni singkong, kelapa parut, gula dan dibungkus dengan daun pisang.  Kebanyakan dibentuk memanjang dan dimasak dengan cara dikukus.

     Adapun komposisi bahan dan cara membuat yang saya gunakan adalah sebagai berikut :

Bahan :
500 gram singkong yang sudah dikupas
100 gram gula pasir
150 gram gula merah
1/4 sendok teh garam
1/4 butir kelapa yang sangat muda dikupas
Daun pisang untuk membungkus

Cara membuat :
1.  Parut singkong, peras airnya hingga setengah kering, endapkan, ambil patinya dan buang airnya.  Parut kelapa.
2.  Campurkan semua bahan, bungkus dengan daun pisang
3.  Kukus sampai matang, dinginkan dan sajikan.

     Penganan ini enak dijadikan camilan dimakan sebagai teman minum teh di sore hari.  Saya sendiri kerap disuguhi penganan ini ditemani teh tawar jika berkunjung ke kampung halaman suami di Cisaga Ciamis.