Oleh : Resna Nata
Ketika bicara tentang ‘cilok’
atau kebanyakan street food yang banyak dijajakan di Jawa Barat, mungkin kita
terlebih dahulu harus mengesampingkan pambahasan tentang nilai kandungan gizi
dalam makanan tersebut. Mengapa? Karena
yang menjadi nilai jual dari makanan tersebut adalah rasa (enak), penampilan
(membangkitkan selera) dan mungkin tekstur yang pas. Jika memenuhi criteria tersebut, maka makanan
tersebut akan bias laku.
Dan untuk mendapatkan rasa,
penampilan dan tekstur yang sesuai dengan keinginan banyak pembeli, kadang
penjual juga menambahkan bahan tambahan makanan yang berlebihan ke dalam sajian
makanan tersebut. Ini mungkin menjadi
masalah lain berkaitan dengan keamanan pangan selain masalah higienitas
tentunya.
Tapi memang godaan jajanan
tersebut kadang membuat kita abai dengan isu isu tersebut (termasuk saya
hehehe…)…
Untuk menyeimbangkan asupan
makanan jika kita memang penyuka jajanan yang tidak bias ‘move on’ dari
mengkonsumsi makanan minim nilai gizi, usahakan kita mengkonsumsi makanan
bergizi tinggi (terutama buah dan sayur) dalam waktu berdekatan. Namun jangan lupa perhatikan kandungan kalori
juga.
Kali ini saya akan menyajikan
jajanan yang dari penamaannya saja terlihat bahwa makanan ini kemungkinan
berasal dari Jawa Barat. Yang saya ingat
makanan ini sudah dijajakan di kantin sekolah sejak saya mulai menginjakkan
kaki di bangku sekolah dasar.
Jujur, saya tidak pernah membeli
jajanan ini di kantin karena warning ibu saya (haha….). Dari dulu ibu sangat ‘over protective’ dengan
makanan yang saya konsumsi, terutama berkaitan dengan hieginitas dan bahan
berbahaya yang mungkin terkandung dalam makanan tersebut. Jauh sebelum isu keamanan pangan digaungkan,
ibu saya sudah ‘parno’ dengan zat kimia berbahaya yang dikandung dalam saus
dalam jajanan.
Isu keamanan pangan tidak hanya
menyangkut bahan kimia berbahaya yang mungkin ditambahkan dalam makanan, tapi
juga penggunaan berlebih dari bahan tambahan makanan yang boleh ditambah ke
dalam makanan. Meski entah kenapa saya
belakangan sepertinya mulai melanggar pakem yang saya buat sendiri (haha…),
saya banyak mengujicoba makanan dengan menambahkan banyak kaldu bubuk
sintetis. Saya memperhatikan batas
penggunaan maksimal yang direkomendasikan dari yang tercantum dalam kemasan
produk, dan saya menggunakannya di bawah takaran yang diperbolehkan (pembelaan
diri hihi……..)
Hadeuh…saya kok cerita nya
kejauhan ya….tapi masih berkaitan kok…karena isu yang ‘hinggap’ di jajanan
cilok adalah penggunaan unsure berbahaya sebagai komponen pembuat cilok, dari
mulai pemutih dan pengawet yang digunakan
dalam cilok maupun pewarna dalam sausnya.
Tidak semua pembuat cilok abai dengan hal tersebut, tapi ulah satu dua
orang ‘oknum’ dari sekian banyak pembuat cilok ‘mencemarkan’ reputasi pembuat
cilok yang berintegritas (huaaaaa…….bahasanya haha…..)
Beberapa kali saya mengujicoba
pembuatan cilok, yang terutama diperhatikan adalah komposisi penggunaan
tepung. Ternyata untuk menghasilkan
cilok yang berwarna lebih putih (lebih menarik), tepung terigu yang dimasukkan ke dalam adonan
harus lebih banyak. Tapi penggunaan
tepung terigu yang banyak, membuat cilok menjadi lebih lembut (kurang
kenyal).
Di tulisan kali ini saya menampilkan resep dengan komposisi tepung berbeda, ada yang perbandingan tapioka dan terigunya nyaris 1 : 1 dan satu lagi yang perbandingan tepungnyavsekitar 2 : 1. Dalam resep cilok dengan perbandingan komposisi tepung nyaris 1 : 1, untuk mempertahankan kekenyalan, saya memilih tepung tapioka jenis yang ‘kuat’ . Dari sisi tekstur hasilnya, menurut saya tetap lebih baik cilok dengan perbandingan 2 : 1 (maksudnya : saya lebih suka yang ini), kenyalnya pas. Dalam resep dengan perbandingan tepung 2 : 1 saya menggunakan tepung tapioka jenis yang lebih ‘lembut’. Warna ciloknya memang tidak putih, mungkin arahnya lebih ke bening, namun karena adanya bahan lain, hasilnya (dalam bahasa sunda) lebih ‘kuleuheu’ (duh, apa ya bahasa Indonesia yang bias sepandan dengan kata ini hihi….)
Di tulisan kali ini saya menampilkan resep dengan komposisi tepung berbeda, ada yang perbandingan tapioka dan terigunya nyaris 1 : 1 dan satu lagi yang perbandingan tepungnyavsekitar 2 : 1. Dalam resep cilok dengan perbandingan komposisi tepung nyaris 1 : 1, untuk mempertahankan kekenyalan, saya memilih tepung tapioka jenis yang ‘kuat’ . Dari sisi tekstur hasilnya, menurut saya tetap lebih baik cilok dengan perbandingan 2 : 1 (maksudnya : saya lebih suka yang ini), kenyalnya pas. Dalam resep dengan perbandingan tepung 2 : 1 saya menggunakan tepung tapioka jenis yang lebih ‘lembut’. Warna ciloknya memang tidak putih, mungkin arahnya lebih ke bening, namun karena adanya bahan lain, hasilnya (dalam bahasa sunda) lebih ‘kuleuheu’ (duh, apa ya bahasa Indonesia yang bias sepandan dengan kata ini hihi….)
Saya tulis resep dengan dua jenis
isian yang berbeda juga, yakni ayam dan jando.
Di Tasikmalaya, penjual cilok biasa memvariasikan isian cilok, isian
paling popular adalah lemak sapi (jando atau bias juga lemak biasa), ayam
cincang dan telur.
1.
Resep
Cilok Isi Ayam
Cilok isi ayam
ini dulu pernah sangat popular di Tasikmalaya.
Ayamnya menggunakan bumbu opor dan biasanya disajikan dengan saus
kacang. Sebutannya adalah cilok
gaul. Yang pertama kali terkenal adalah
yang berlokasi di sekitar kompleks olahraga Dadaha, meski sudah lama juga tidak
lagi eksis, seiring dengan bertambahnya outlet penjual cilok sejenis (atau
mungkin pindah, saya tidak tahu pasti).
Lama lama selera masyarakat juga dihinggapi kejenuhan, seiring dengan
munculnya variasi penyajian baru cilok seperti cilok goang.
Bahan
200 gram tapioka (saya pakai pa tani)
150 gram terigu (saya pakai segitiga biru)
200 ml air panas
1/2 sendok teh garam (jika kurang bisa ditambah)
1/2 sendok teh gula pasir (jika kurang bisa ditambah)
1/2 sendok teh kaldu bubuk rasa ayam
200 gram tapioka (saya pakai pa tani)
150 gram terigu (saya pakai segitiga biru)
200 ml air panas
1/2 sendok teh garam (jika kurang bisa ditambah)
1/2 sendok teh gula pasir (jika kurang bisa ditambah)
1/2 sendok teh kaldu bubuk rasa ayam
Cara Membuat :
1.
Masukkan semua bahan ke dalam wadah, aduk dan uleni hingga tercampur rata.
2.
Bulat bulatkan cilok sebesar kurang lebih satu
ruas jari jempol, masukkan setengah sendok teh cincang ayam di dalam bulatan
cilok.
3.
Panaskan air hingga mendidih, masukkan adonan
cilok ke dalamnya hingga mengapung.
4. Angkat cilok matang dan tiriskan.
5.
Jika tidak disajikan seketika, kukus lebih dulu
cilok sebelum disajikan
Cincang Ayam (Gunakan sekitar ¼ bagian
saja)
Bahan
400 gram fillet ayam (saya pakai broiler), kukus matang (kurang lebih 30 menit),suwir halus,cincang halus
300 ml santan dari 1/4 butir kelapa (lebih kental lebih gurih)
Garam (saya pakai 1 sendok teh)
Gula pasir (saya pakai 4 sendok teh)
50 ml minyak sayur
Bumbu halus
4 butir bawang merah
4 siung bawang putih
1/2 sendok teh ketumbar
Bumbu cemplung
1 batang serai potong serong 4 bagian
1 lembar salam bagi 2
1 lembar daun jeruk buang tulang daunnya
Cara Membuat :
1.
Tumis
bumbu halus dengan minyak hingga harum, masukkan bumbu cemplung, santan, gula
dan garam serta ayam cincang ayam.
2.
Masak terus hingga airnya mongering (ayamnya
juga semi kering).
Catatan :
Resep cilok ini untuk sekitar 70 butir
2.
Resep Cilok Isi Jando
Cilok isi
lemak sapi mungkin adalah cilok paling popular dan sudah eksis sejak dulu. Lemak yang digunakan kebanyakan adalah lemak
sapi biasa, yang jika terkena pemanasan akan mencair. Dengan penyajian dalam kondisi panas, cilok
dengan isian lemak ini jika digigit akan memuncratkan bagian lemak yang
meleleh, sehingga banyak dikenal dengan sebutan cilok ‘gejrot’ atau cilok ‘muncrat’. Biasa disajikan dalam campuran bumbu kacang
(dengan citarasa yang berbeda dengan cilok gaul dan penyajiannya biasanya
seperti ditumis/disatukan dengan bumbunya) atau bumbu saus cabe pedas. Tapi di sini saya tidak menggunakan lemak
biasa yang ‘muncrat’ tapi menggunakan jando lemak yang relative tidak berubah
karena pemanasan.
Bahan
550 gram tepung tapioka rosebrand
250 gram tepung terigu serbaguna
500 ml air panas (tuang sebagian sebagian)
150 gram jando potong kecil kecil
1 sdm peres kaldu bubuk rasa sapi
1/4 sdm garam (jika kurang bisa ditambah)
Bumbu tumis
6 siung bawang putih cincang halus
2 butir bawang merah cincang halus
1 batang daun bawang iris halus
50 ml minyak sayur
550 gram tepung tapioka rosebrand
250 gram tepung terigu serbaguna
500 ml air panas (tuang sebagian sebagian)
150 gram jando potong kecil kecil
1 sdm peres kaldu bubuk rasa sapi
1/4 sdm garam (jika kurang bisa ditambah)
Bumbu tumis
6 siung bawang putih cincang halus
2 butir bawang merah cincang halus
1 batang daun bawang iris halus
50 ml minyak sayur
Cara Membuat :
1.
Masukkan semua bahan (kecuali jando) ke dalam
wadah, aduk dan uleni hingga tercampur
rata.
2.
Bulat bulatkan cilok sebesar kurang lebih satua
ruas jari jempol, masukkan potongan jando di dalam bulatan cilok.
3.
Panaskan
air hingga mendidih, masukkan adonan cilok ke dalamnya hingga mengapung.
4.
Angkat
cilok matang dan tiriskan.
5.
Jika
tidak disajikan seketika, kukus lebih dulu cilok sebelum disajikan
Catatan :
Adonan cilok mentah harus sedikit
lebih asin, karena sebagian garam larut saat perebusan
Untuk kurang lebih 125 buah cilok
Untuk kurang lebih 125 buah cilok
Setelah membuat cilok nya, sekarang
pilihan penyajiannya adalah sebagai berikut :
1. Cilok
Gaul
Seperti saya katakana sebelumnya, cilok gaul adalah
cilok dengan isian ayam dan bumbu kacang. Jenis cilok yang digunakan adalah
yang dengan isian ayam. Resep dan cara membuat saus kacangnya adalah sebagai berikut :
Saus Kacang
Bahan
100 gram kacang tanah goreng
200 ml air (bisa ditambah jika ingin saus yang lebih encer)
4 butir bawang merah, iris, goreng
4 siung bawang putih, iris, goreng
1/2 ruas jari kencur
1/2 ruas jari jahe (bisa diskip)
1 buah cabai merah lokal
Garam (saya 1 sendok teh peres)
Gula merah iris (saya 4 sendok makan)
Gula pasir (saya 1 sendok makan penuh)
2 lembar daun jeruk, buang tulang daun
Cara Membuat :
Campur semua bahan, haluskan, masak hingga meletup letup. Cicipi dan sempurnakan rasanya.
2.
Cilok Goang
Cilok Goang adalah sajian cilok dengan kuah kaldu
dengan tambahan tulang ayam, ceker ayam dan tahu mentah. Biasanya memiliki aroma kencur yang lembut
dan biasanya disantap dengan tambahan sambal cabe rawit merah. Sehingga banyak penjual cilok goang menamai
kedainya dengan nama ‘seuhah’ (suara mulut, ungkapan kepedasan), ‘reumbay’
(keluar air mata, mungkin karena kepedasan maksudnya hehe). Beberapa penjual cilok terkenal berlokasi di
dekat SMA Negeri 4 Kota Tasikmalaya.
Kuah Untuk Cilok Goang (untuk 8 porsi)
300 gram tulang ayam ex fillet, blansing dengan 1500 ml air, cuci bersih, buang airnya
2500 ml air
Bumbu halus, tumis kering
5 siung bawang putih
1/2 sdm ebi kualitas bagus
Bumbu halus tanpa tumis
1/2 sdm tongcai
1 ruas jari kencur
1 sdm garam
2 sdm kaldu bubuk
2 lembar daun jeruk, buang tulang daun
Cara Membuat :
300 gram tulang ayam ex fillet, blansing dengan 1500 ml air, cuci bersih, buang airnya
2500 ml air
Bumbu halus, tumis kering
5 siung bawang putih
1/2 sdm ebi kualitas bagus
Bumbu halus tanpa tumis
1/2 sdm tongcai
1 ruas jari kencur
1 sdm garam
2 sdm kaldu bubuk
2 lembar daun jeruk, buang tulang daun
Cara Membuat :
1. Panaskan air, masukkan ayam. Rebus ayam kurang lebih 1 jam dengan api
super duper kecil, dihitung sejak air mulai mendidih. Angkat tulang ayamnya.
2. Masukkan bumbu kaldu, biarkan sampai
mendidih. Matikan apinya, diamkan
beberapa jam (setidaknya sampai dingin)
3.
Saring kuah setelah didiamkan beberapa jam
Bahan lainnya
- Ceker
kukus
(marinasi 10 buah (300 gram) ceker dengan ½ sdt garam
dan 1 butir (1 sdm) air jeruk nipis kurang lebih 1 jam, lalu kukus hingga
matang)
-
Tahu mentah
(Cuci bersih dengan air Panas)
-
Seledri iris halus
-
Bawang merah goring
-
Sambal cabai rawit
(rebus cabai rawit merah, ulek
halus, jika diinginkan bias ditambahkan garam dan penyedap)
-
Jeruk sambal (jika tidak ada diganti jeruk
nipis)
3.
Cilok Bumbu Saos Cabe
Cilok jenis ini sudah eksis sejak lama. Cilok ini menggunakan saos cabe pabrikan yang
dicairkan dengan tambahan air,dicampur penyedap, gula pasir dan garam. Jika dicicipi dari rasanya Saos cabe yang
digunakan adalah saos cabe produksi pabrikan local Tasikmalaya yang sudah eksis
selama berpuluh tahun. Saos cabe ini
dikemas dalam kemasan bantal, namun sekarang sepertinya menyediakanjuga kemasan
sachet kecil. Pabrik saos ini menyebut produk saosnya
(tercantum di kemasannya) sebagai Sambal Bawang (merknya sebutin jangan
ya….hihi).